Foto tasya

Galery

degagu.blogspot.com kita

This is advertising for post 1

Degagu Advertiser, email me Degagu@ymail.com

I drink orange juice in Sunday morning.

For me, Sundays have always been a day of traditions. My traditions include sleeping in, the Sunday paper, and fresh squeezed juice.

This is advertising for post 2

Degagu Advertiser, email me Degagu@ymail.com

SEO(Search Engine Optimization)

5 hal penting pada SEO(Search Engine Optimization) SEO or Search Engine Optimization is the practice of making your website attractive to search engines such as Google, Bing, Yahoo, AOL, etc.

This is advertising for post 3

Degagu Advertiser, email me Degagu@ymail.com

Jumat, 30 Oktober 2009

Kematian

Banyak cara memotivasi diri untuk melejit menjadi luar biasa. Dari pribadi biasa mampu melakukan aktivitas luar biasa, dari pribadi biasa –juga– mampu menghasilkan karya bermakna. Seperti yang pernah saya dengarkan dalam sebuah kaset ‘100 Ways to Motivate Yourself’. Jalannya sangat banyak, Anda bisa memilihnya sendiri mana yang anda suka. Antara satu orang dengan orang lain kadang berbeda. Ada orang yang termotivasi karena mendapatkan hadiah, ada yang termotivasi untuk mendapatkan pujian dan sanjungan, ada takut dimarahi, ada juga yang termotivasi karena banyak teman yang melakukan.

Terserah Anda mau memilih yang mana. Pada prinsipnya, seperti yang disampaikan Tung Desem Waringin dalam Seminar ‘Life Revolution’ seseorang melakukan sesuatu karena dua hal. Ya! Dua hal. Yang pertama untuk mendapatkan kenikmatan dan yang kedua untuk menjauh dari kesengsaraan. Kita juga bisa belajar tentang fitrah manusia ini pada ketetapan yang diberikan Alloh terhadap amal manusia. Alloh membalas surga bagi amal-amal kebaikan dan menukar neraka terhadap amal-amal keburukan. Bahkan Alloh menggambarkan detail-detail keadaan surga dan neraka di dalam Al-Qur’an. Untuk apa? Tentu untuk memotivasi. Seperti yang saya sampaikan diatas fitrah manusia adalah untuk mendekat pada kenikmatan dan menjauh dari kesengsaraan.

Tentang surga dan neraka ini sangat mempengaruhi dan menjadi motivasi bagi sahabat-sahabat Nabi pada saat itu. Tidak heran pembicaraan tentang surga dan neraka adalah sesuatu hal yang biasa pada saat itu. Dikisahkan, seorang sahabat yang pada saat itu sedang makan kurma. Kemudian datanglah Rasulullah dan menanyakan, “Kenapa, Engkau tidak pergi berjihad? –dalam hal ini pengertiannya perang–. “Apa yang akan saya dapatkan, Wahai Rasulullah?”, sahabat ini kembali bertanya. “Engkau akan mendapatkan surga”, tandas Nabi. Seketika itu juga sahabat ini bangkit dan meninggalkan sisa gigitan kurma. Sebelum jauh, Nabi bertanya, “Kenapa engkau tidak menghabiskan kurmamu?” “Terlalu lama menghabiskan sebiji kurma, jika dibandingkan surga sebagai tukarannya”, demikian sahabat ini menjawabnya.

Luar biasa bukan?. Saya ingin menawarkan satu hal yang bisa memotivasi kita semua –semoga–, sesuatu yang menurut saya luar biasa. Anthony Robbins menyebutnya sebagai kuasa tak terbatas dalam bukunya ‘Unlimited Power’. Apa sesuatu itu? Ialah kematian. Tampaknya menyeramkan –jika Anda memang berfikir demikian–. Namun tidak sadarkah kita bahwa kematian itu sungguh nyata adanya, sungguh kita semua akan mengalaminya. Kapan datangnya? Nah itulah rahasianya. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui rahasia ruh –kematian– ini, sekalipun Nabi, kecuali Alloh SWT, Sang pemilik ruh.

Anda pasti banyak cerita tentang orang-orang disekitar Anda yang mendahului. Saya sendiri mempunyai banyak kisah tentang itu. Saat TK, teman sekelas saya meninggal karena tenggelam di empang. Waktu SD ada dua teman saya yang meninggal yang satu karena demam berdarah dan yang satunya tersetrum listrik. Teman yang pernah sebangku dengan saya di SMP juga ada yang meninggal karena sakit. Di SMA, ada teman saya yang meninggal karena kecelakaan. Saat SMA pula saya kehilangan nenek –dari ayah– satu-satunya yang pernah saya lihat –kakek dan nenek dari ibu telah meniggal sebelum saya lahir, begitu juga dengan kakek dari ayah saya–. Di bangku kuliah, teman seorganisasi saya harus meninggal karena penyakit paru-paru. Masih banyak lagi, tidak mungkin cukup saya ceritakan dalam lembar ini. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, semua akan kembali kepada Alloh, Tuhan pemilik alam dan pemilik manusia.

Saya tidak berharap Anda ngeri mengingatnya, karena mengingat mati sejatinya menambah tenaga kita. Kita akan mendapatkan kakuatan tak terbatas (unlimited power) dengan mengingat mati. Kenapa bisa begitu? Mari kita perhatikan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi, "Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup di dunia selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu, seakan-akan kamu mati esok hari." Tidakkah tersirat bahwa perbandingan waktu yang digambarkan sangat luar biasa. Hidup selamanya adalah hal yang mustahil, hanya Allohlah yang Maha Kekal. Kenapa digambarkan demikian? Agar kita sadar bahwa sebenarnya waktu yang kita miliki di dunia ini sangat singkat, mampir ngombe orang jawa mengatakan.

Dan apa tujuan kita hidup di dunia ini? “Tidak Aku (Alloh) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu” (QS. Adz-Dzariyat: 56). Itulah satu-satunya tujuan diciptakannya kita, untuk beribadah. Hal ini mengandung arti, apapun aktivitas kita adalah bentuk ibadah kepada Alloh, harusnya.

Dengan kesadaran bahwa hidup itu ibadah, belajar, berusaha dan aktivitas apapun adalah ibadah sebagai orang beriman akan menjadikan motivasi tersendiri untuk mempersembahka yang terbaik. Beribadah –dalam arti luas– dengan cara terbaik. Sayangnya waktu yang kita miliki entah sampai kapan, kita sendiri juga tidak tahu. Tapi, lagi-lagi tentang kesadaran. Dengan kesadaran waktu yang kita miliki hanyalah sementara, “…seolah-olah engkau akan mati esok hari” maka pikiran, usaha, sumber daya (mengutip bahasa Anthony Robbins) akan kita kerahkan penuh.

Kita tidak tahu saat ini, apakah waktu sore untuk kita, apakah malam bagi kita, ataukah malah subuh bagi kita. Semua ini misteri, dan sungguh dalam misteri itu ada pelajaran berharga bagi kita.

Jika kita tidak mau hidup didunia ini hanya untuk memenuhi dunia, hanya ada tanpa memiliki makna, hidup tanpa meninggalkan jejak-jejak kebaikan, tanpa meninggalkan tinggalan-tinggalan bermanfaat, tanpa menghasilkan karya-karya hebat, maka tidak ada waktu untuk berdiam diri, Janganlah kita mati sebelum waktunya. Jadikan kematian kita menjadi saksi bahwa kita telah melakukan hal yang terbaik, menghasilkan karya-karya terbaik.

Jadikan kematian itu untuk memotivasi kita, seperti yang dilakuan oleh Umar bin Abdul Azis. Suatu waktu khalifah Umar bin Abdul Aziz sesampainya di rumah setelah mengurus jenazah Sulaiman bin Abdul Malik, kakeknya, Umar istirahat sambil berbaring di ranjang. Kemudian datang salah seorang anaknya bernama Abdul Malik, dan bertanya: "Wahai Amirul Mukmin, gerangan apakah yang membaringkan Ayah di siang hari bolong ini?" "Ayah letih, Ayah butuh istirahat." Jawab Umar. "Semalam suntuk Ayah menjaga Sulaiman bin Abdul Malik dan itu yang mendorong Ayah istirahat, nanti setelah zuhur Ayah akan mengembalikan hak-hak orang-orang yang tertindas dan teraniaya," lanjut ayahnya. Anaknya kembali bertanya: "Wahai Ayah, siapakah yang menjamin Ayah hidup sampai waktu zuhur? Bagaimana kalau Allah menakdirkan Ayah mati sekarang?" Mendengar ucapan anaknya yang terakhir ini, seketika Umar bangun dan pergi membawa satu karung pikulan gandum lalu mencari orang yang kelaparan dan atau yang perlu dibantu.

Maka jadikan kematian untuk berjuang agar kita ‘menghidup’ untuk selamanya. Dengan apa? Jika gajah mati, ia akan meninggalkan gading, dan jika hari mau mati, ia akan meninggalkan belang, maka kematian kita, kita akan meninggalkan nama. Tentu bukan nama keburukan yang menunjukkan kehinaan kita semasa hidup, tapi nama agung, nama mulia yang akan dikenang sepanjang masa. Menjadi pengantar generasi-generasi setelah kita untuk menjalani hidup dengan pegangan yang kokoh, berjalan pada jalan yang lurus dan menemukan motivasi terbaik untuk melakukan hal terbaik. Bukankah yang demikian adalah sebuah amal mulia, yang tidak akan terputus pahalanya. Yaitu ilmu yang bermanfaat, anak yang sholih-sholihah, dan amal jariyah. Semoga kita merindu untuk mendapatkan salah satu bahkan kesemuanya itu.
di ambil dari semangat.blogsome.com

Investasi brothers, Be Carefuly, hati hati

2002, sebuah counter handphone bernama brothers berdiri di Jl. Tegal Panggung, dengan modal pinjam dari BPR dengan jaminan BPKB. Untuk menambah barang dagangan,dipinjami tetangga 10 juta. Kebetulan andalan promosi saat itu iklan di Koran. Sehingga tiap hari baca iklan.Di kolom informasi beberapa orang beriklan investasi. Ada yang 6%, ada yang 7%. Iseng-iseng ngikut, tapi biar ndak berat saya ambil di bawahnya 5% (karena secara perhitungan masuk, menjadikan legitimasi bahwa 5% itu tidak riba), dan butuhnya ndak banyak.Jadi investor pada saat itu 3 orang ditambah pinjaman dari BPR. Beberapa masalah keuangan juga ada pada saat itu, dimana investor menarik dananya karena ada keperluan. Sempat tersendat juga, dan bahkan 3 bulan angsuran BPR terpaksa ditunda, namun akhirnya selesai. Biar usaha lebih maju, ada keinginan mencari tempat lebih bagus. Sekitar 2003-an pindah ke Jl. Gondosuli. Ada pemikiran pengembangan dan stabilitas. Saya takut kalau dana investor diambil, tetapi tidak bisa memenuhi langsung seperti pada saat di Tegal Panggung. Sehingga saya memutuskan untuk terus-menerus beriklan investasi. Dengan bayak investor yang ,masuk saya bisa menjaga stabilitas dan kredibilitas, yaitu bila dana ditarik langsung ada dan bagi hasil on time. Tetapi sebenarnya hal ini mengurangi tingkat keamanan (saat itu belum sadar), karena dana tidak optimal diputar di perdagangan.

Sebuah ilustrasi : Ketika memutar dana 30 juta, menjadi barang 25 juta, 5 juta cadangan pembelian. Ketika diambil 10 juta maka perlu waktu mencairkan dan keuntungan tidak optimal, bahkan jual rugi. Maka(pemikiran dan yang dilakukan saat itu) kalau saya pegang 40 juta diputar 30 juta, 25 juta jadi barang 5 juta untuk cadangan, ketika ditarik 10 juta tidak menjadi masalah. Namun ternyata dana 10 juta tambahan tadi mengurangi laba, karena harusnya dibagi 30 juta, menjadi dibagi 40 juta.

Keinginan untuk mengembangkan usaha seiring dengan suatu niat membuka lapangan pekerjaan, terus berkembang. Dibukalah counter kedua di Jl. Timoho.Dengan ruangan lebih luas, penampilan lebih menarik, pelanggan juga banyak mulai dari konsumen murni hingga ke pedagang dalam kota maupun luar kota. Nama brothers menjadi lebih dikenal dan dianggap berhasil. Seiring dengan layanan kepada investor yang ditingkatkan, maka mulailah investor menambah jumlah investasinya, mengajak kawan-kawannya, saudara dan kenalan-kenalannya. Dimulailah disini laju pertumbuhan investasi versus laju usaha. Usaha digenjot habis dengan ekspansi counter ke jl. Gejayan, jl. Moses Gatotkaca, dan Mall, juga luar kota Jakarta, Surabaya dan Solo. Organisasi juga dikembangkan, dengan dibantu khusus 3 orang awalnya sampai menjadi 20-an orang tim dan dibantu beberapa orang staff. Di counter dan usaha-usaha lain dibentuk system managerial, yang berkantor awal di Timoho, kemudian pindah ke Gejayan dan di Stan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
...
Sebuah kenyataan :
Kita semua terlena :
Saya terlena, tidak secara langsung merasakan dan menyelami perjalanan usaha, membagi porsi target-target dari usaha dengan nilai-nilai keberhasilan sesaat dalam memberikan manisnya hasil investasi kepada mitra. Saya terlena untuk menguatkan kawan-kawan dalam membuat devisa. Saya terlena membuat usaha-usaha baru untuk menanggulangi krisis, padahal usaha baru juga diambilkan dari dana investasi yang satu bulan berikutnya harus menanggung biaya investasi ditambah biaya usaha baru tersebut. Saya terlena memperingatkan diri sendiri dan kawan-kawan bahwa usaha yang dihadapinya, apabila tidak goal target, maka gaji, bagi hasil, biaya operasional, semua yang menanggung dari dana investasi, bahkan fee investasi juga diambil dari situ. Saya mengakui keterlenaan itu, tetapi sungguh tidak ada niat untuk menyembunyikan dana, menyelewengkan dana (diluar pernik-pernik dalam usaha termasuk bagi hasil, gaji, fee dll) dan mencurangi.

SDM brothers sebagian besar terlena, karena gurihnya 1%. Pemikiran antara menjalankan idelisme program dengan repot di mencari dana talangan atas ketidak seimbangan pendapatan perusahaan menjadi pemikiran yang tidak logis. Namun ini semata-mata juga bukan pendapatan 1 % lagi, tetapi semakin lama berkembang kepada pertanggungjawaban. Jadi akhirnya beberapa kawan-kawan sudah tidak perhatikan 1 %nya, bahkan harta pribadinya, yang penting adalah bagaimana bagi hasil lancar biar tetap stabil. Akhirnya terjadilah penggalian lubang yang terus-menerus. Sedangkan yang seharusnya tergarap menjadi tidak tergarap. Laporan-laporan program menjadi tidak focus. Target waktu dan target muatan program menjadi kacau. Begitu berlangsung terus. Nilai goal adalah bukan bagaimana unit usaha sukses, tetapi bagaimana mendapat investasi.

Bpk/ibu mitra juga terlena untuk tidak melihat pembukuan kami, karena ketertiban kami sebelumnya.

Bentuk keprihatinan kita bersama-sama. Tetapi sungguh sampai detik-detik akhir tgl 4 Agustus 2009 perjuangan kawan-kawan untuk memberikan hak-hak mitra sangatlah luar biasa. Kalau kita lihat di bulan Juni, Juli di kantor , ruangan belakang. Kawan-kawan memeras otak bagaimana mencari uang dan handling complain secara bersama-sama. Saat harus mencari uang, disaat itu pula harus melayani complain. Sungguh sebuah pekerjaan yang amat berat di saat-saat itu. Itupun yang terlihat. Bagi beberapa kawan sudah harus memasuki wilayah itu beberapa bulan sebelumnya.

Besar namun rapuh.
Modal investasi, "bagi hasil" 5%/bl.investasi melaju cepat karena adanya fee 1% bagi yang membawa.Hampir tidak ada SDM brothers yang tidak memiliki chanel. Brothers terlena.Sedangkan inti permasalahan adalah adanya riba yang berjalan, menjalar kepada semua urat nadi brothers, menjerat kepada seluruh yang terlibat di brothers.Penyakit menyenangi riba(tanpa sadar), mempertahankan dan memperjuangkan. 4 Agustus 2009 owners brothers menyatakan menghentikan bagi hasil dan penarikan. Tidak ada jalan lain kecuali untuk berubah bersama-sama, merubah bersama-sama.

Kita pisahkan mana yang potensi dan benar, mana yang salah. Mari setahap demi setahap kita perbaiki, walaupun sepertinya pahit dan lama.

Saya meniatkan awal usaha ini tidak untuk terjadinya system yang salah.
Solusi : Bahwa keterbukaan keuangan usaha harus sejak dari awal dilakukan.

Itu terjadi juga bukan karena ingin membuat suatu maneuver, tetapi karena memang sudah menjanjikan untuk memberikan 5% dari modal. Artinya dasarnya adalah keinginan untuk memenuhi sebuah janji, walaupun sebenarnya tidak/belum bisa terpenuhi.
Solusi : Bagi hasil murni dari keuntungan usaha, dengan pembagian keuntungan.

Saat ini memiliki beban investasi lampau di atas.
Solusi : Kita kembalikan beban tersebut dengan 30 %nya laba bersih usaha-usaha dimasa mendatang.

Saat ini tidak punya modal.
Tetap kita buat usaha, dengan memang sejak dari awal sudah mengubah polapikir-polapikir lama. Modal keuangan adalah alat, sehingga dengan pola-pola baru yang terbuka, lebih tertata dan fokus maka insya Allah modal keuangan bisa kita dapatkan.

Saat ini tingkat kepercayaan rendah.
Kalau perlu akan saya mulai dari membukakan satu unit usaha, tanpa saya mendapat materi, tapi saya dapatkan bukti bahwa dengan mengubah pola pikir dan pola gerak kita, kita bisa.

Seberapa semangat untuk mengembalikan tanggungan masa lalu.
Insya Allah 100% bersemangat.

BACA INI JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...