Jumat, 30 Oktober 2009

Investasi brothers, Be Carefuly, hati hati

2002, sebuah counter handphone bernama brothers berdiri di Jl. Tegal Panggung, dengan modal pinjam dari BPR dengan jaminan BPKB. Untuk menambah barang dagangan,dipinjami tetangga 10 juta. Kebetulan andalan promosi saat itu iklan di Koran. Sehingga tiap hari baca iklan.Di kolom informasi beberapa orang beriklan investasi. Ada yang 6%, ada yang 7%. Iseng-iseng ngikut, tapi biar ndak berat saya ambil di bawahnya 5% (karena secara perhitungan masuk, menjadikan legitimasi bahwa 5% itu tidak riba), dan butuhnya ndak banyak.Jadi investor pada saat itu 3 orang ditambah pinjaman dari BPR. Beberapa masalah keuangan juga ada pada saat itu, dimana investor menarik dananya karena ada keperluan. Sempat tersendat juga, dan bahkan 3 bulan angsuran BPR terpaksa ditunda, namun akhirnya selesai. Biar usaha lebih maju, ada keinginan mencari tempat lebih bagus. Sekitar 2003-an pindah ke Jl. Gondosuli. Ada pemikiran pengembangan dan stabilitas. Saya takut kalau dana investor diambil, tetapi tidak bisa memenuhi langsung seperti pada saat di Tegal Panggung. Sehingga saya memutuskan untuk terus-menerus beriklan investasi. Dengan bayak investor yang ,masuk saya bisa menjaga stabilitas dan kredibilitas, yaitu bila dana ditarik langsung ada dan bagi hasil on time. Tetapi sebenarnya hal ini mengurangi tingkat keamanan (saat itu belum sadar), karena dana tidak optimal diputar di perdagangan.

Sebuah ilustrasi : Ketika memutar dana 30 juta, menjadi barang 25 juta, 5 juta cadangan pembelian. Ketika diambil 10 juta maka perlu waktu mencairkan dan keuntungan tidak optimal, bahkan jual rugi. Maka(pemikiran dan yang dilakukan saat itu) kalau saya pegang 40 juta diputar 30 juta, 25 juta jadi barang 5 juta untuk cadangan, ketika ditarik 10 juta tidak menjadi masalah. Namun ternyata dana 10 juta tambahan tadi mengurangi laba, karena harusnya dibagi 30 juta, menjadi dibagi 40 juta.

Keinginan untuk mengembangkan usaha seiring dengan suatu niat membuka lapangan pekerjaan, terus berkembang. Dibukalah counter kedua di Jl. Timoho.Dengan ruangan lebih luas, penampilan lebih menarik, pelanggan juga banyak mulai dari konsumen murni hingga ke pedagang dalam kota maupun luar kota. Nama brothers menjadi lebih dikenal dan dianggap berhasil. Seiring dengan layanan kepada investor yang ditingkatkan, maka mulailah investor menambah jumlah investasinya, mengajak kawan-kawannya, saudara dan kenalan-kenalannya. Dimulailah disini laju pertumbuhan investasi versus laju usaha. Usaha digenjot habis dengan ekspansi counter ke jl. Gejayan, jl. Moses Gatotkaca, dan Mall, juga luar kota Jakarta, Surabaya dan Solo. Organisasi juga dikembangkan, dengan dibantu khusus 3 orang awalnya sampai menjadi 20-an orang tim dan dibantu beberapa orang staff. Di counter dan usaha-usaha lain dibentuk system managerial, yang berkantor awal di Timoho, kemudian pindah ke Gejayan dan di Stan, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
...
Sebuah kenyataan :
Kita semua terlena :
Saya terlena, tidak secara langsung merasakan dan menyelami perjalanan usaha, membagi porsi target-target dari usaha dengan nilai-nilai keberhasilan sesaat dalam memberikan manisnya hasil investasi kepada mitra. Saya terlena untuk menguatkan kawan-kawan dalam membuat devisa. Saya terlena membuat usaha-usaha baru untuk menanggulangi krisis, padahal usaha baru juga diambilkan dari dana investasi yang satu bulan berikutnya harus menanggung biaya investasi ditambah biaya usaha baru tersebut. Saya terlena memperingatkan diri sendiri dan kawan-kawan bahwa usaha yang dihadapinya, apabila tidak goal target, maka gaji, bagi hasil, biaya operasional, semua yang menanggung dari dana investasi, bahkan fee investasi juga diambil dari situ. Saya mengakui keterlenaan itu, tetapi sungguh tidak ada niat untuk menyembunyikan dana, menyelewengkan dana (diluar pernik-pernik dalam usaha termasuk bagi hasil, gaji, fee dll) dan mencurangi.

SDM brothers sebagian besar terlena, karena gurihnya 1%. Pemikiran antara menjalankan idelisme program dengan repot di mencari dana talangan atas ketidak seimbangan pendapatan perusahaan menjadi pemikiran yang tidak logis. Namun ini semata-mata juga bukan pendapatan 1 % lagi, tetapi semakin lama berkembang kepada pertanggungjawaban. Jadi akhirnya beberapa kawan-kawan sudah tidak perhatikan 1 %nya, bahkan harta pribadinya, yang penting adalah bagaimana bagi hasil lancar biar tetap stabil. Akhirnya terjadilah penggalian lubang yang terus-menerus. Sedangkan yang seharusnya tergarap menjadi tidak tergarap. Laporan-laporan program menjadi tidak focus. Target waktu dan target muatan program menjadi kacau. Begitu berlangsung terus. Nilai goal adalah bukan bagaimana unit usaha sukses, tetapi bagaimana mendapat investasi.

Bpk/ibu mitra juga terlena untuk tidak melihat pembukuan kami, karena ketertiban kami sebelumnya.

Bentuk keprihatinan kita bersama-sama. Tetapi sungguh sampai detik-detik akhir tgl 4 Agustus 2009 perjuangan kawan-kawan untuk memberikan hak-hak mitra sangatlah luar biasa. Kalau kita lihat di bulan Juni, Juli di kantor , ruangan belakang. Kawan-kawan memeras otak bagaimana mencari uang dan handling complain secara bersama-sama. Saat harus mencari uang, disaat itu pula harus melayani complain. Sungguh sebuah pekerjaan yang amat berat di saat-saat itu. Itupun yang terlihat. Bagi beberapa kawan sudah harus memasuki wilayah itu beberapa bulan sebelumnya.

Besar namun rapuh.
Modal investasi, "bagi hasil" 5%/bl.investasi melaju cepat karena adanya fee 1% bagi yang membawa.Hampir tidak ada SDM brothers yang tidak memiliki chanel. Brothers terlena.Sedangkan inti permasalahan adalah adanya riba yang berjalan, menjalar kepada semua urat nadi brothers, menjerat kepada seluruh yang terlibat di brothers.Penyakit menyenangi riba(tanpa sadar), mempertahankan dan memperjuangkan. 4 Agustus 2009 owners brothers menyatakan menghentikan bagi hasil dan penarikan. Tidak ada jalan lain kecuali untuk berubah bersama-sama, merubah bersama-sama.

Kita pisahkan mana yang potensi dan benar, mana yang salah. Mari setahap demi setahap kita perbaiki, walaupun sepertinya pahit dan lama.

Saya meniatkan awal usaha ini tidak untuk terjadinya system yang salah.
Solusi : Bahwa keterbukaan keuangan usaha harus sejak dari awal dilakukan.

Itu terjadi juga bukan karena ingin membuat suatu maneuver, tetapi karena memang sudah menjanjikan untuk memberikan 5% dari modal. Artinya dasarnya adalah keinginan untuk memenuhi sebuah janji, walaupun sebenarnya tidak/belum bisa terpenuhi.
Solusi : Bagi hasil murni dari keuntungan usaha, dengan pembagian keuntungan.

Saat ini memiliki beban investasi lampau di atas.
Solusi : Kita kembalikan beban tersebut dengan 30 %nya laba bersih usaha-usaha dimasa mendatang.

Saat ini tidak punya modal.
Tetap kita buat usaha, dengan memang sejak dari awal sudah mengubah polapikir-polapikir lama. Modal keuangan adalah alat, sehingga dengan pola-pola baru yang terbuka, lebih tertata dan fokus maka insya Allah modal keuangan bisa kita dapatkan.

Saat ini tingkat kepercayaan rendah.
Kalau perlu akan saya mulai dari membukakan satu unit usaha, tanpa saya mendapat materi, tapi saya dapatkan bukti bahwa dengan mengubah pola pikir dan pola gerak kita, kita bisa.

Seberapa semangat untuk mengembalikan tanggungan masa lalu.
Insya Allah 100% bersemangat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BACA INI JUGA

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...