Kamis, 20 Agustus 2009
PNS(Penguasaha N Sukses)
ini adalah tulisan yang mungkin sudah banyak orang tahu, tapi karena bagus jd saya pasang sini dengan tujuan orang2 indonesia bisa termotivasi untuk menjadi PNS(Penguasaha N Sukses)
Tulisan yang sangat bagus sekali, saya cukup memahami karena mengalami
juga kondisi seperti itu. Saat saya mencari nafkah untuk keluarga ada
perasaan keluarga terlantar terutama anak2 saat ingin bermain. Tapi saya
berpikir ini masih saatnya saya untuk memantapkan kondisi keuangan, saat
sudah stabil barulah saya bisa dengan penuh waktu bermain dengan mereka.
Artinya saya sangat menginginkan kondisi orang kaya yang kedua, punya
banyak waktu dan uanglah yang bekerja untuk kita. Tapi menuju no.2 itu
sangatlah sulit dan banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Umumnya
orang2 yg sudah kaya duluan sebelum dia bekerja seperti bisnis keluarga
yang sukses, ataupun pasif income lainnya. Di Indonesia kebanyakan
adalah no.1 karena inilah fakta yang paling masuk akal, gak kerja ya gak
dapat uang. Sialnya tingkat pendidikan di Indonesia levelnya sangat
rendah. Umumnya yg pengangguran saja adalah level yang sudah pernah
mengenyam pendidikan apalagi yg belum pernah sekolah.
Terima kasih atas tulisannya yang sangat menarik.
--
R Wahyudi
http://www.yudhitech.com
Gary w. perdana wrote:
> Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta
> terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam.
>
> Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di
> kelasdua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup
> lama. Kok, belum tidur? sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya,
> Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia
> akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah
> menuju ruang keluarga, Imron menjawab, Aku nunggu Ayah pulang. Sebab
> aku mau tanya berapa sih gaji yah? Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah?
> Mau minta uang lagi, ya? Ah, enggak. Pengen tahu aja. Oke. Kamu boleh
> hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar
> Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja.
> Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo? Imron berlari
> mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya
> melepas sepatu dan menyalakan televisi.
>
> Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron
> berlari mengikutinya. Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk
> 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong, katanya. Wah,
> pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok, perintah Rudi. Tetapi
> Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian,
> Imron kembali bertanya, Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?
> Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam
> begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah. Tapi, Ayah...
> Kesabaran Rudi habis. Ayah bilang tidur! hardiknya mengejutkan Imron.
> Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
>
> Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron
> di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron
> didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,-
> di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu,
> Rudi berkata, Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih
> minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan
> bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih. Ayah, aku
> nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah
> menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini. Iya,iya, tapi buat
> apa? tanya Rudi lembut. Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak
> Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau
> waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku
> buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam
> Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit
> tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah, kata
> Imron polos. Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah
> kecil itu erat-erat.
>
> * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
> Saya tidak tahu apakah kisah di atas fiktif atau kisah nyata. Tapi
> saya tahu kebanyakan anak-anak orang kantoran maupun wirausahawan
> saat ini memang merindukan saat-saat bercengkerama dengan orang tua
> mereka. Saat dimana mereka tidak merasa disingkirkan dan diserahkan
> kepada suster, pembantu atau sopir. Mereka tidak butuh uang yang
> lebih banyak. Mereka ingin lebih dari itu. Mereka ingin merasakan
> sentuhan kasih-sayang Ayah dan Ibunya. Apakah hal ini berlebihan?
>
> Sebagian besar wanita karier yang nampaknya menikmati emansipasi-nya,
> diam-diam menangis dalam hati ketika anak-anak mereka lebih dekat
> dengan suster, supir, dan pembantu daripada ibu kandung mereka
> sendiri. Seorang wanita muda yang menduduki posisi asisten manajer
> sebuah bank swasta, menangis pilu ketika menceritakan bagaimana
> anaknya yang sakit demam tinggi tak mau dipeluk ibunya, tetapi
> berteriak-teriak memanggil nama pembantu mereka yang sedang mudik
> lebaran.
>
> Kesimpulan dari cerita tadi Ada dua golongan orang kaya :
> 1. Orang yg semakin kaya, semakin tidak punya waktu (buat keluarga,
> dirinya sendiri) Prinsip golongan orang no. 1 ini adalah ===> ORANG
> bekerja untuk UANG.
> 2. Orang yg semakin kaya, semakin punya waktu dan menikmati kekayaan
> bersama keluarganya.
>
> Prinsip golongan orang no. 2 ini ===> ASSET/UANG/SISTEM bekerja untuk
> ORANG
>
> Karena di Indonesia (khususnya di Jakarta), kita banyak melihat dan
> mengenal orang dari golongan no. 1 itu, maka DOGMA Kalau mau kaya
> harus punya pendidikan tinggi dan bekerja keras serta mengorbankan
> waktu dianggap benar, bahkan cenderung malah menjadi kebanggaan orang
> kalau dia sibuk. Akibatnya semakin tinggi jabatan dan kariernya,
> semakin sibuk dia, sehingga waktu buat keluarga dan diri sendiri
> tidak punya. Akibatnya bisa kita lihat, banyak eksekutif yg mudah
> stress dan terkena penyakit. Kaya tapi Stress dan penyakitan.
>
> Nah...golongan ke-2 ini memang jarang terdengar. Padahal orang di
> golongan ini termasuk banyak di Indonesia. Mereka bisa menikmati
> waktunya dan kekayaannya bersama keluarga. Istilah
> kerennya "FINANCIAL & TIME FREEDOM". Punya kebebasan waktu dan uang.
> Pertanyaannya : Koq bisa...? Betul....karena mereka mempunyai ASET.
> Definisi ASET adalah : Sesuatu (benda mati atau hidup) yg dimiliki
> oleh seseorang yg bisa menghasilkan nilai tanpa orang tersebut
> nantinya harus bekerja lagi.
>
> Bentuk ASET ada bermacam2 :
> 1.Deposito/Saham / Reksadana
> 2.Tanah/Emas
> 3.Mobil/Rumah (yang tidak untuk dipakai sendiri).
> 4.Pemilik Bisnis yang bisnisnya dikerjakan oleh orang lain.
> 5.Jaringan (Networking)
>
> ASET inilah yg menjamin penghasilan kita tanpa kita harus bekerja
> lagi. Kita tidurpun, ASET tersebut akan menghasilkan uang buat kita.
> Hebat khan..? Memang agak susah merubah cara pandang (paradigma)
> seseorang (termasuk saya juga dulunya..). Kalau saya membayangkan
> dulu waktu saya diterima di Perguruan Tinggi Negri ... wuih ...
> betapa bangganya saya dan orang tua saya pada waktu itu. Setiap orang
> tua saya ketemu temannya, dengan bangga beliau katakan Anak ku
> sekarang di Perguruan Tinggi Negri lho, ya..mudah2an setelah lulus
> nanti cepat dapat kerjaan di perusahaan besar.
>
> Coba kita perhatikan. Dari sejak kecil hingga besar, dalam otak kita
> selalu ditanamkan untuk sekolah yg benar dan dapat titel yg bagus,
> HANYA agar bisa bekerja UNTUK ORANG LAIN. Tidak pernah orang tua saya
> katakan Rizal, besok kalau kamu sudah lulus kuliah, Papah dan Mamah
> berharap kamu jadi pengusaha yg sukses dan bisa membantu banyak
> orang...TIDAK PERNAH...!! Kenapa ? Karena memang paradigmanya
> Sekolah, lulus, cari kerja, dapat uang, menabung utk masa depan. Jadi
> kesimpulannya untuk mereka yg menolak itu memang belum bisa melihat
> paradigma baru, yaitu punya ASET sendiri.
>
> Kegagalan bukanlah Sesuatu yang Permanen. Bangkitlah dan terus
> mencoba lagi ... Anda tidak akan GAGAL, seperti halnya Thomas Alfa
> Edison yang pada waktu itu melakukan beribu2 kali kegegalan dalam
> percobaan percobaan untuk menemukan lampu listrik, tapi dia tidak
> pernah mengatakan bahwa dia pernah gagal!
>
>
>
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>
> ------------------------------------
>
>
> --==* Indonesia-Online *==--
>
> Media komunikasi online dan bisnis anak bangsa baik di Indonesia maupun di
manca negera, dimanapun Anda berada. Silahkan ngobrol di sini, bebas dan tetap
sopan tentunya. Selalu Posting dengan LENGKAP sebutkan DENGAN JELAS identitas
anda (Nama, web/blog, boleh HP) dalam setiap catatan kaki. Dilarang: beriklan
langsung kecuali di bagian footer email anda, maksimum 5 baris. TIDAK
DIPERKENANKAN: posting yg vulgar, argumentatif, sara, melanggar hak cipta,
menyinggung privacy member lain, posting berulang-ulang, atau yang bertendensi
iklan, promosi bisnis, investasi, lowongan kerja, seminar, mlm secara
berlebihan. Semoga Milinglist ini dapat membuat kita semakin berdaya. Materi
posting adalah tanggung jawab pemasang masing-masing.
>
>
> Indonesia Online Managed by:
> Mufli at http://belajar-bisnis.com
>
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar